Senin, 19 Januari 2009

Metode Cerita

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan amanah dari Allah SWT. dengan demikian semua orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya agar dapat menjadi insan yang shaleh, berilmu, beriman dan bertaqwa. Hal ini merupakan suatu wujud pertangguang jawaban dari setiap orang tua kepada khaliqnya.

Untuk mewujudkan generasi Islami, dibutuhkan pembinaan dan pendidikan anak sejak dini, pendidikan anak merupakan hal yang amat penting dalam ajaran Islam, sebab anak termasuk bagian yang penting dalam ajaran Islam, karena anak merupakan generasi penerus.

Setelah mengetahui pentingnya pendidikan kepada anak, terutama mencetak anak yang Islami tidaklah semudah teori, karena seorang pendidik di tuntut mampu memainkan peranan dan fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya. Hal ini untuk menghindari terjadinya benturan fungsi dan peranannya, sehingga pendidik dapat menempatkan kepentingan sebagai individu, anggota masyarakat, warga negara dan pendidik sendiri antara tugas keguruan dan tugas lainnya harus ditempatkan melalui porosnya.

Seorang pendidik harus mengetahui kondisi perkembangan anak lingkungannya dan kesukaannya, untuk memudahkan dalam menanamkan nilai-nilai Islami dalam diri anak, sebagaimana diketahui dalam perkembengan manusia ketika masih anak-anak sangat suka dengan cerita, kisah, dongeng dan sejenisnya.

Kisah ataupun cerita memang sangat menarik untuk dikaji, karena cerita itu sendiri mampu mengambil hati para pendengar / pembacanya baik itu orang dewasa apalagi anak-anak. Dari hal tersebut diatas saat ini banyak sekali dijumpai buku-buku cerita yang diterbitkan dan diperuntukkan bagi anak-anak maupun orang dewasa. Berbagai macam cerita tersebut tidak semuanya layak dikonsumsi (dibaca) oleh anak-anak. Para orang tua dan pendidik haruslah mampu untuk menyeleksi, memfilter buku-buku cerita yang pantas diberikan kepada anak-anaknya.

Tidak semua orang tua dan pendidik tahu pasti tentang buku-buku yang baik untuk anak mereka, oleh karena itu diperlukan adanya pedoman bagi mereka untuk mengetahui cara memilih cerita yang baik. Sebab itu pula penulis tertarik untuk membahas hal tersebut, dengan asumsi bahwa pembahasan mengenai teknik memilih cerita yang baik ini dapat juga dijadikan salah satu bahan materi untuk melengkapi kajian ini.

Setiap proses pendidikan, diperlukan adanya metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam pendidikan itu sendiri. Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan, karena ia menjadi sarana yang bermaknakan materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa sehingga dapat dipahami dan diserap oleh anak didik menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya.[1]

Salah satu dari metode pendidikan Islam adalah metode pelajaran berhikmah dan kisah (cerita). Metode ini telah digunakan sejak diturunkannya wahyu sampai sekarang. Bahkan dalam perkembangannya metode ini telah menjadi bagian dari pelajaran bahasa dan telah ditentukan jam khusus untuk itu, hal ini telah ada dalam sistem pendidikan modern terbukti dengan dimasukkannya cerita dalam kurikulum sekolah.[2]

Munculnya berbagai macam buku-buku cerita sekarang ini perlu disambut dengan baik, karena hal itu berarti juga mendukung melengkapi adanya metode pendidikan dengan bercerita. Namun walau demikian perlunya tetap dilakukan seleksi terhadap buku-buku cerita tersebut (terutama buku-buku yang diperuntukkan bagi anak-anak). Hal ini dipandang perlu dilakukan guna memperoleh cerita yang baik, bagus dan menunjang proses pendidikan bagi anak-anak, sehinga anak-anak akan terhindar dari pengaruh unsur negatif dari ekses bacaan tersbut.


B. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kriteria memilih cerita yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam pendidikan Islam di RA Riyadhussolihin Cibeureum Kecamatan Sukamantri?

2. Bagaimana penerapan metode cerita dalam pendidikan Islam di RA Riyadhussolihin Cibeureum Kecamatan Sukamantri dan kendala-kendalanya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kriteria memilih cerita yang baik dan dapat dijadikan panduan dalam pendidikan Islam di RA Riyadhussolihin Cibeureum Kecamatan Sukamantri.

2. Untuk mengetahui penerapan metode cerita dalam pendidikan Islam di RA Riyadhussolihin Cibeureum Kecamatan Sukamantri dan kendala-kendalanya.

D. Manfaat Penelitian

1. Tulisan ini semoga dapat memberikan sumbangan ide maupun pemikiran kepada pihak sekolah.

2. Dapat bermanfaat bagi para pembaca yang concern dalam dunia pendidikan Islam, terutama bagi para guru dan pengelolaan TK Bustanul Athfal.

3. Bagi penulis pribadi, dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pengalaman untuk kehidupan dimasa depan.


BAB II

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di RA Riyadhussholihin Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis, dengan mengambil subyek guru dan peserta didik (siswa).

B. Prosedur

1. Persiapan Tindakan

Pada perencanaan ini dibuat instrumen-instrumen yang diperlukan dalam pembelajaran, antara lain :

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

b. Mempersiapkan cerita

c. Membuat lembar observasi untuk merekam perencanaan, pelaksanaan, dan hasil kemampuan siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Orientasi penelitian adalah penerapan metode cerita dalam pembelajaran di RA Riyadhussholihin.


3. Penelitian/Pengamatan Tindakan

Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi ini bertujuan mengumpulkan data tentang kemampuan guru dalam memfasilitasi pembelajaran, keterlibatan semua siswa dalam setiap fase pembelajaran.

4. Analisis dan Refleksi Tindakan

Teknik analisis data yang digunakan dalam suatu penelitian ada yang bersifat analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Adapun prosesnya antara lain: data yang diperoleh dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian ditafsirkan, sehingga dapat memberi penjelasan dan makna terhadap hasil temuan mengenai pembangunan hipotesis-hipotesis yang terjadi dan apa penyebabnya.

Dari hasil data pengamatan selanjutnya diidentifikasi kelemahan dan kelebihannya serta mengkonsultasikan dengan rekan sejawat. Adapun hasilnya kemudian disusun menjadi kesimpulan-kesimpulan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam upaya mencapai hasil tindakan yang memuaskan.

Hasil tindakan yang digambarkan dengan hasil tulisan subjek penelitian pada setiap akhir siklus, dinilai sesuai dengan pedoman penilaian yang telah direncanakan. Hasil penilaian tulisan siswa tersebut dianalisis dengan syarat pencapaian target pada setiap aspek-aspeknya, hasilnya digunakan untuk mengidentifikasi masalah, melihat tingkat perkembangan kemampuan siswa dan ketercapaian hasil siswa. Dengan menilai hasil tulisan pada setiap akhir siklus, dan dianalisis dengan syarat pencapaian target pada setiap aspek-aspeknya, hasil tindakan dari penelitian ini dapat diketahui. Selanjutnya hal terserbut digunakan untuk menjawab rumusan masalah, tujuan dan hipotesis tindakan dalam penelitian ini.


BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dari usaha-usaha yang dilakukan di RA Riyadhussholihin Desa Cibeureum Kecamatan Sukamantri Kabupaten Ciamis tentunya akan membuahkan hasil-hasil yang diharapkan dari penerapan metode cerita ini. Minimal akan bermanfaat bagi anak didik, para guru yang mengikuti kegiatan belajar mengajar di RA Riyadhussholihin tersebut, dan menjadikan apa yang telah dilaksanakan di RA Riyadhussholihin sebagai sebuah motivator untuk lebih giat dalam mendidik anak dan mendapat inspirasi untuk lebih kreatif dalam mendidik anak bagi para pendidik. Adapun hasil-hasil yang terwujud dari usaha RA Riyadhussholihin adalah sebagai berikut :

1. Adanya motivasi dan pengarahan dari kegiatan yang dilakukan oleh RA Riyadhussholihin, para orang tua merasa terbuka pikirannya dalam hal mendidik anak. Munculnya gambaran tentang pendidikan yang lebih baik bagi anak-anak dengan teori-teori yang baru merupakan semangat tersendiri bagi para guru dan orang tua. Kesan yang timbul dari mereka adalah merasakan adanya perubahan dan motivasi yang baru mengenai teori dan pengembangan dari metode mendidik anak. Untuk itu pemahaman kesadaran akan pentingnya pendidikan Islam bagi anak sejak dini, tentang ajaran nilai-nilai Islam sehingga akan lahir anak-anak yang cerdas terampil dan berakhlak mulia.[3]

2. Melalui cerita yang telah didengarkan oleh anak-anak, perubahan yang terjadi adalah tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma agama atau norma-norma masyarakat yang diketahuinya dari cerita. Anak-anak dapat menangkap pesan-pesan moral dari cerita dari pada lewat nasehat, karena pesan tersebut masuk kedalam hati dan pikiran anak-anak tanpa adanya paksaan, dan proses penanaman ajaran Islam tersebut mereka sukai. Cerita-cerita selalu terngiang dalam benak anak-anak mulai dari hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk, jadi secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari.[4]

Agar lebih memperkuat hasil dari penelitian yang penulis lakukan di RA Riyadhussholihin tentang hasil dari penerapan metode cerita yang dilaksanakan, penulis menggunakan angket (quesioner) untuk para wali murid yang berisikan tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan keberhasilan sekolah dalam mendidik anak dan peran orang tua sebagai pendidik utama dalam mendidik anak.

Adapun hasil dari angket tersebut dapat dilihat sebagai berikut:


TABEL I

PERAN AKTIF ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN ANAK

No

Jawaban Responden

F

%

1

2

3

Ya, selalu

Tidak

Kadang-kadang

26

-

4

86,6

-

13,4



30

100

Sumber : Pengolahan data hasil penelitian tahun 2008

Secara jelas telah diungkapkan oleh tabel 1 diatas mengenai peran orang tua murid memperhatikan anak-anaknya dalam proses pendidikannya, dari tabel diatas menerangkan bahwa ada 26 orang tua murid yang aktif dan 4 orang tua murid yang kurang aktif dalam membantu proses pendidikan anak dari 30 responden.

Untuk mengetahui peran serta orang tua dalam mendidik anak dengan metode cerita, dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL II

KEBIASAAN ORANG TUA BERCERITA/MENDONGENG

KEPADA ANAK

No

Jawaban Responden

F

%

1

2

3

Ia, selalu

Tidak pernah

Kadang-kadang

6

2

22

20

6,7

73,3



30

100

Sumber : Pengolahan data hasil penelitian tahun 2008

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa wali murid juga berperan dalam pengembangan metode cerita dalam pendidikan anak meskipun tidak rutin dilakukan, terbukti ada 6 wali murid yang melakukan selalu, 22 wali murid yang kadang-kadang dan 2 wali yang tidak pernah.

Kemudian untuk mengetahui peran guru dalam pendidikan anak, dapat dilihat pada tabel berikut :

TABEL III

USAHA-USAHA WALI MURID MENGATASI KEKURANGMAMPUAN ANAK DALAM BELAJAR

No

Jawaban Responden

F

%

1

2

3

Menyerahkan pada guru sekolah

Diajari sendiri

Mengundang guru privat

14

14

2

46,7

46,7

6,6



30

100

Sumber : Pengolahan data hasil penelitian tahun 2008

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada 14 responden yang mempercayakan pada guru sekolahnya, 14 responden yang mengatasi sendiri, dan 2 responden yang mengundang guru privat.

Kemudian terakhir bagaimanakah keberhasilan dari proses pendidikan Islam kepada Anak, dapat kita lihat di tabel berikut ini:

TABEL IV

KEBIASAN ANAK MENGUCAPKAN SALAM

No

Jawaban Responden

F

%

1

2

3

Ia, selalu

Tidak

Kadang-kadang

22

-

8

73,4

-

26,6



30

100

Sumber : Pengolahan data hasil penelitian tahun 2004

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ada 22 orang siswa yang sudah terbiasa mengucapkan salam dan ada 8 orang siswa yang masih kadang-kadang. Ini salah satu dari ajaran Islam yang pernah guru ajarkan.

Namun kesemuanya itu tidak lepas dari peran orang tua yang sangat vital dalam mendidik anak-anak mereka. Pemahaman dan pengetahuan akan metode pendidikan yang dilakukan oleh RA Riyadhussholihin bagi para orang tua sangatlah penting mengingat RA Riyadhussholihin tersebut tidak mutlak dan utama dalam mendidik anak-anak. Apapun alasannya, pendidik yang utama dan terbaik adalah orang tua, hanya saja para orang tua perlu untuk mendapatkan teori dan metode yang baik serta yang bersifat kreatif inovatif sehingga dalam usaha mendidik anak-anak mereka tidak terasa monoton atau kejenuhan. Karena jiwa manusia, terlebih lagi anak-anak yang suka terhadap hal-hal yang menyenangkan, untuk itu maka cerita merupakan salah satu metode efektif bagi pendidikan Islam untuk anak.

B. Pembahasan

Penerapan sebuah metode cerita atau bercerita, ada beberapa hal yang sangat penting yang dilakukan oleh para guru RA Riyadhussholihin supaya cerita yang akan disampaikan dapat lebih efektif, efisien dan enak untuk disampaikan, sehingga dapat dinikmati bagi pendengar cerita/siswa dan lebih mudah menangkap pesan nilai-nilai pendidikan Islam dalam sebuah cerita, cerita lebih mudah difahami serta tertanam dihati sehingga dapat bermenfaat bagi pendengarnya.

Beberapa hal tersebut antara lain:

1. Persiapan

Persiapan disini adalah menentukan jenis cerita atau tema cerita dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut;

a. Usia pendengar

b. Kondisi anak didik

c. Suasana anak didik

d. Keadaan alam

Hal-hal yang dilakukan oleh guru-guru RA Riyadhussholihin dalam persiapan diatas sangat menentukan sekali dalam mencapai tujuan bercerita seperti yang diinginkan. Dengan tema dan jenis cerita yang sesuai dengan hal-hal diatas diharapkan akan berhasil mempengaruhi pendengar untuk masuk dalam dunia cerita, sehingga pesan tentang nilai-nilai pendidikan Islam yang ada didalam sebuah cerita akan ditangkap dengan mudah oleh anak.

2. Penyampaian Cerita

Teknik penyampaian cerita kepada anak, para guru RA Riyadhussholihin menggunakan beberapa cara agar cerita yang disampaikan dapat menarik pendengar, yaitu :


3. Komunikasi

Keterampilan komunikasi yang dimiliki oleh guru sangat bagus sehingga dalam berhubungan dengan pendengar (anak didik) tercipta dengan baik. Komunikasi yang baik dari para guru RA Riyadhussholihin tercipta dengan adanya latihan-latihan dan pengalaman yang banyak, setelah beberapa lama berkecimpung dengan dunia anak, untuk menarik perhatian anak memang memerlukan keterampilan tertentu, apalagi dalam hal ini adalah komunikasi dengan anak yang berjumlah puluhan yang secara kepribadian dan sikapnya akan berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dibuktikan dengan pendengar yang dibuat terpana dan mendengarkan cerita dengan serius.

4. Variasi Suara

Dengan ditunjang oleh ekspresi wajah yang menggambarkan sang tokoh, guru juga membeda-bedakan suara dan ekspresi wajah setiap tokoh cerita. Guru cerita harus mempunyai kemahiran dalam menirukan suara orang tua, anak-anak, suara orang laki-laki maupun perempuan serta suara-suara binatang dan bermacam-macam suara yang lain, misalnya suara angin, air dan lain-lain. Sehingga cerita dapat kelihatan lebih hidup dan menarik untuk disimak. Dalam hal ini sejauh mungkin guru menghindari dari suara atau ekspresi yang monoton.


5. Penggunaan Alat Peraga

Saat menyampaikan cerita kepada anak selain dengan intonasi suara yang teratur dan ekspresi yang sesuai dengan alur cerita, juga didukung dengan alat peraga, seperti boneka, gambar-gambar dan sebagainya. Supaya cerita akan lebih menarik dan anak akan semakin terfokus perhatiannya.

6. Pertanyaan Pancingan

Pertanyaan-pertanyaan ini dilakukan untuk memancing seberapa paham anak dalam menangkap cerita, selain itu berfungsi untuk mengkondisikan kembali keadaan anak didiknya, misalnya ada anak terlihat bosan dan kurang berkonsentrasi.

Pada dasarnya teknik penyampaian cerita yang dilaksanakan di RA Riyadhussholihin hampir serupa dengan teori cerita yang tertulis dalam buku-buku teknik bercerita. Namun ada satu hal yang menarik yang selama ini belum tertulis dalam buku-buku tersebut. Yaitu rasa ikhlas, rasa ikhlas dalam bercerita yang dilaksanakan di RA Riyadhussholihin ini sangat menentukan bagaimana guru dapat begitu gembira disaat sedang bercerita. Rasa ikhlas inilah yang akan membawa suasana tersendiri dalam setiap melakukan kegiatan bagi guru cerita, maupun bagi pendengarnya.[5]

Agar lebih memperkuat hasil dari penelitian yang penulis lakukan di RA Riyadhussholihin tentang hasil dari penerapan metode cerita yang dilaksanakan, penulis menggunakan angket (quesioner) untuk para wali murid yang berisikan tentang pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan keberhasilan sekolah dalam mendidik anak dan peran orang tua sebagai pendidik utama dalam mendidik anak. Adapun hasil dari angket tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Secara jelas telah diungkapkan oleh tabel 1 diatas mengenai peran orang tua murid memperhatikan anak-anaknya dalam proses pendidikannya, dari tabel diatas menerangkan bahwa ada 26 orang tua murid yang aktif dan 4 orang tua murid yang kurang aktif dalam membantu proses pendidikan anak dari 30 responden.

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa wali murid juga berperan dalam pengembangan metode cerita dalam pendidikan anak meskipun tidak rutin dilakukan, terbukti ada 6 wali murid yang melakukan selalu, 22 wali murid yang kadang-kadang dan 2 wali yang tidak pernah.

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa ada 14 responden yang mempercayakan pada guru sekolahnya, 14 responden yang mengatasi sendiri, dan 2 responden yang mengundang guru privat.

Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa ada 22 orang siswa yang sudah terbiasa mengucapkan salam dan ada 8 orang siswa yang masih kadang-kadang. Ini salah satu dari ajaran Islam yang pernah guru ajarkan.

Namun kesemuanya itu tidak lepas dari peran orang tua yang sangat vital dalam mendidik anak-anak mereka. Pemahaman dan pengetahuan akan metode pendidikan yang dilakukan oleh RA Riyadhussholihin bagi para orang tua sangatlah penting mengingat RA Riyadhussholihin tersebut tidak mutlak dan utama dalam mendidik anak-anak. Apapun alasannya, pendidik yang utama dan terbaik adalah orang tua, hanya saja para orang tua perlu untuk mendapatkan teori dan metode yang baik serta yang bersifat kreatif inovatif sehingga dalam usaha mendidik anak-anak mereka tidak terasa monoton atau kejenuhan. Karena jiwa manusia, terlebih lagi anak-anak yang suka terhadap hal-hal yang menyenangkan, untuk itu maka cerita merupakan salah satu metode efektif bagi pendidikan Islam untuk anak.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan di atas, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Kriteria cerita yang baik menurut para guru RA Riyadhussholihin adalah cerita yang sesuai dengan ajaran dan mengandung nilai-nilai pendidikan Islam. Untuk mengetahui kualitas sebuah cerita itu baik atau tidak, para guru RA Riyadhussholihin mengambil dari jenis cerita. Adapun jenis cerita yang digunakan di RA Riyadhussholihin sebagai berikut: jenis cerita campuran/kombinasi, jenis cerita sejarah (tarikh), jenis cerita fiksi (khayalan), jenis cerita Legenda (fiksi sejarah).

2. Dalam penerapan metode cerita yang dilaksanakan di RA Riyadhussholihin ada dua hal yang dijadikan panduan, diantaranya: persiapan, penyampaian cerita.

3. Metode cerita dapat dilakukan oleh siapapun, karena setiap orang yang telah mendengar cerita atau dongeng tentunya terdorong untuk menceritakan apa yang telah didapatkan kepada orang lain.


B. Saran-Saran

Dari hasil yang telah penulis lakukan, dapat penulis kemukakan bahwasanya dari pentingnya cerita bagi anak-anak, khususnya dalam proses pendidikan Islam, tidak dapat dilakukan begitu saja oleh satu lembaga pendidikan semata. Jadi dalam hal ini penulis menyarankan agar semua pihak yang terkait dalam pendidikan Islam khususnya anak-anak, baik perorangan maupun kelompok turut serta dalam menggunakan metode cerita dalam mendidik anak-anaknya. Bentuk dari saran penulis antara lain :

1. Hendaknya para pendidik (guru, orang tua, ulama’ dan lain-lain) dapat menguasai teknik bercerita sehingga dapat mendukung upaya dalam penanaman pendidikan Islam kepada orang lain, terlebih kepada anak-anak.

2. Walaupun metode cerita sangat efektif terutama dalam penanaman pendidikan Islam bagi anak, namun anak-anak harus dijauhkan dari cerita yang mengandung tema nilai-nilai keburukan. Seperti cerita yang cendrung akan merusak mental anak, misalnya cerita horor, cerita tentag tokoh-tokoh jahat, cerita tentang tokoh-tokoh antagonis yang dari cerita tersebut akan membawa anak-anak kepada hal-hal yang tidak terpuji.

3. Buat para orang tua yang menginginkan hubungan dirinya dengan anaknya tambah dekat hendaknya ia rajin bercerita. Walaupun sekarang ini sudah ada televisi dan buku-buku tetapi sebuah cerita / dongeng tetap lebih menarik bagi mereka.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung : Remaja Rosda Karya,Cet II, 2002), Hal. VIII

Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP/MTs, Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas, 2003, Undang-Undang R.I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas

Hamdani Ihsan, , Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1998), Hal. 163

J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta : Universitas Terbuka

Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka



[1] Hamdani Ihsan, , Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 1998), Hal. 163

[2] Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung : Remaja Rosda Karya,Cet II, 2002), Hal. VIII

[3] Pengamatan penulis saat mengikuti pelajaran cerita, serta dipertajam dengan Wawancara dengan ibu Nurhayati (wali siswa).

[4] Ibid.

[5] Pengamatan penulis saat mengikuti pelajaran cerita, serta dipertajam wawancara dengan ibu Miskiyah (guru TPA),.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar